Tahaddu Tahabbu: Saling Memberi Hadiah, Maka Kalian Akan Saling Mencintai

Siapa yang tidak suka mendapatkan hadiah? Tentu tidak ada, karena semua orang suka jika mendapatkan hadiah. Ananda shalih dan shalihah, hadiah merupakan salah satu jenis pemberian kepada orang lain yang juga dianjurkan di dalam Islam. Berdasarkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَهَادَوْا تَحَابُّوا
“Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)
Adapung Syekh Zakariyya Al-Anshari mendefinisikan hadiah sebagai berikut:
(الهدية وهي) تمليك (ما يحمل) اي يبعث (غالبا) بلا عوض الى المهدى اليه (إكراما)
Artinya: “Hadiah adalah penyerahan hak milik harta benda tanpa ganti rugi yang umumnya dikirimkan kepada penerima untuk memuliakannya.” (lihat Abi Yahya Zakariyya Al-Anshari Asy-Syafi’i, Asnal Mathalib, [Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah], juz 5, hlm. 566)
Adapun terkait dengan pemberian hadiah ini, Imam al-Ghazali serangkaian rambu terkait adab yang perlu diperhatikan oleh siapa saja yang bermaksud memberikan hadiah kepada seseorang. Antara lain sebagai berikut:
آداب المهدي: رؤية الفضل للمهدي إليه ، وإظهار السرور بالقبول منه لها ، والشكر عند رؤية المهدي إليه والاستقلال لها وإن كثرت
Artinya: Memandang utama kepada orang yang diberi hadiah; memperlihatkan rasa senang pada waktu menyerahkan hadiah; bersyukur ketika melihat orang yang akan diberi hadiah; dan mengikhlaskan hadiah tersebut (tidak pamrih) walaupun banyak. (lihat Imam al-Ghazali, al-Adâb fî al-Dîn dalam Majmû’ah Rasâil al-Imâm al-Ghazâlî [Kairo: Al-Maktabah At-Taufîqiyyah, t.th.], Hal. 439)
Maasya Allah, memberi bukan sekedar memberi namun Islam juga mengajarkan adab terhadap orang yang diberi. Benarlah sabda Nabi Saw, tahaddu tahabbu yakni hadiah kita akan semakin menumbuhkan rasa sayang antar sesama jika kita turut memperhatikan adabnya. Jika tidak, tujuan mulia itu tidak akan tercapai dan digantikan dengan rasa terhina atas apa yang diberikan.